Wednesday, April 16, 2025

cerita buku terbuka

dua insan satu jiwa satu kata
mencuba lihat cara kita apakah menjadi manusia sempurna?

Dari hujung batas rindu Kau datang menapak tenang tapi sayu Wajahmu ku hafal dalam dada dalam doa
Tapi dalam mimpi menjadikannya lebih nyata membiru ternyata palsu dasar penipu tak tahu malu.
mula mula kau aku satu tambah satu, kini insan menjadi dua, indah berdampingan pinta abaikan ketiga.
berpuluh puluh ketawa, beribu angan angan, mimpi berjuta juta tak boleh nak dikira jari tangan kecil.
jika begini caranya boleh chill hati kita tak lelah tak boleh lemah cinta kita sikit pun tidak pernah kalah,
benar? cuba lihat kita kembali apakah cinta ini suci murni masihkah ingat lagi seperti dahulu kala?
jika kau tahu ini jadi penghujungnya semua yang kita bina apakah akan mengerti?

apa kita bincangkan sebenarnya ini? bencana? berada di luar rencana? siar wawancara?
tepis segala fana? merana? jantan tak guna? durjana? banyak hal lah aku ini banyak takutnya, 
misalnya kehilangan dirimu tak berganti, itu bukan hal yang aku suka.
hal yang ku suka? didekatmu, kau adalah orang favoritku nombor satu,
nombor dua, tiga, empat lima enam isinya nama mu tulis besar senang biar terpampang.
sehingga hitungan yang ke seribu kacang sangat gampang, Tuhan ketawa terulang ulang,

kita hulurkan pistol menyerbu melulu-lulu. tuduh menuduh, picu tu pun tak berani nak lepas,
menangis peluk sehalus kapas jadikan senjata pusing pusing macam kipas keliling menjadi pening,
pelukkan hangat kali terakhir mesti kau lupa nbahkan tak ingat, bawalah kembali jiwa yang lara.
agar bisa berlayar semula, sentuh rasa yang lemah tikam berkali kali dihati walau tak mati mati.

cabut cepat, kambus semua tanah sedalam tujuh kaki dipaksakan mati dipaksa hidup kembali lagi.
jadi makhluk halus, jin syaitan dan juga jembalang. tarik pengetua paling besar kepala, sang iblis
menjerit minta tolong melolong pada siapa? apa kau takut?  berat badan makin susut kenyang air mata, rindukan pelukan hangat darimu yang ada didada. sendiri menangis, ceritanya itu sudah kita tahu.
semua buku terbuka tersimpan cerita kisah lama, baru tahu kau takut? sudah ku baca semuanya. 
aku ini banyak takutnya,

misalnya cerita yang jalan lurus juga aku tepis menepis meski dah habis semua topik tipu berbohong.
tambah satu lorong untuk lara yang tak habis habis, biarkan lara kaku biar perannya mencuri sekali lagi
bilik ku kunci, handphone ku mati, semua oarang aku tak peduli, sendiri di kamar buat aku senang kini.
otak berulang cerita paling lucu mudah juga kau tak bisa menipu senyum, pernah meletop pompompom.
kau hanya kata tak bisa jelaskan, biar aku sorang kan yang pikul ini sendiri tak mahu beri kamu bebani,
semakin hilang waras otak putar malas deras hingga keras urat kepala biar belit otak usung sorang diri.
aku pon tak mengerti kenapa kita jadi begini? kenapa? kenapa? kita jauh jangan biarkan salah sorang.
kenapa? kenapa? takutkan kita terbang tinggi sekali lagi mendaki buai mimpi berenang di awang awang

putar memori kita masih berapi, itu bagai mimpi indah berseri, sunyi malam hari takut hanyut
dibanjiri benci menjelahi ke utara, selatan pergi pantai timur hingga barat pelusuk dibumi kita jejaki.
satu langkah saja kaki Melangkah pergi takkan bisa tuk menoleh kembali lagi sakit mati tak peduli 
kita hanya biar biar, mimpi menangis merayu-rayu. "tolong isikan apa yang aku kurang apa yang kurang juga aku sendiri tak tahu. aku buntu tak tahu sudah lelah nampak ceria tapi semuanya aku lali, berkali kali ditikam tak mati-mati.menjadi muak. jiwa kita memberi sesama insan, bukan khayalan, bukannya mimpi jadi tolong ampuni kuli"

sampaikan mereka juga pernah bertanya kenapa? mengapa? apa sudah jadi?
kenapa? mengapa? siapa sudah pergi? disisi? pernah cuba cara ini? tapi tak jadi jadi?
beri macam macam ini yang jadi? kenapa? mengapa? apa kau mengerti? apa kau mengerti?
cerita kita takkan seperti di film orang utara yang lucu, gemas serta romantis dicipta manis manis.
cerita kita kan berjalan perlahan ke arah selatan teruskan memaksa dipaksa terpaksa kencing manis
Biar semua kenangan mencengkam hadam tersimpan jangan biar padam karam semua mimpi kita cipta.

Tenggelamkan kersedihanku, terapungkanlah kebahagianku
air mata jangan selami dalam dalam. Jangan juga terlalu derita,
ini cuma cerita rekaan semata mata, cerita kita cipta saat ini
Lama tak menatapmu mataku rindu pungut bayang-bayangmu berselerak di otak juga lantai bersepai

segala kemungkinan berkerja keras untuk mencipta nama beratur melapor pada yang maha kuasa
melihat kau terlalu jauh macam nak tersesat sikit, padat pahit dengan dosa menjadi siluet dalam mimpi, mengigau malam hari ini akan jadi andai aku bermimpi kau biarkan, tak sedarkan aku, biar. kau biarkan.

melihat kau melangkah pergi ku hanya biar, takkan bisa menoleh kembali berlari takkan juga lelah,
Emosi tidak menentu apa aku benar sungguh? celaru kaku membeku diam hingga tekujuh.
Tak nafikan aku pernah singgah mencari tempat untuk berteduh
Tak nafikan kau pernah menjadikan aku rumah untuk berteduh

atau cuma kita sewa?