Kisah kita telah tertulis nyata pasti.
Jika baik budi, maka baik jadi.
Jika buruk pekerti, maka tulah menanti.
Sulit menoleh kebelakang saat ini.
Hanya mampu untuk terus hembus nafas berkali.
Kamar menjadi tempat berteduh sesak padat.
Ilusi yang menjadi masalah ku susun satu, berat.
Isi kepala berontak seolah nyawa diufuk barat.
Kelakuan yang sama diulang tanpa pohon taubat.
Entah berapa kali tersungkur walau tidak mati.
Hirau mereka yang memerlukan jangan peduli.
Takut melekat usai kiamat dunia sendiri.
Ku tulis baru untuk diri tidak bersua wafat.
lampu kuning, menyala terang,
harus berhenti, dari seberang,
jangan dipaksi, takutkan hilang,
diculik alienkah? atau jembalang.
jika tak suka,
usah memberi,
aku tak berdaya,
bukan tak sudi.
kuning itu tanda,
bersedia berhenti.
pesan pada diri sendiri jangan terlalu berani,
jika enggan hidup di awang sendiri lagi.
ku beri nasihat, sebelum bertemu ilahi.
ingat bersiap sedia kan diri untuk berhenti.
Tulis tuk terapi itu adalah aku sendiri.
Tulis bahagian mereka pasti hilang akal diri.
Tulis buat semua agar jangan pendam kediri.
Tulis bersisa terdaya aku cipta kan mimpi.
Tulis mencipta nama kelak itu kau impi?
Tuliskan cerita. bohong juga biar muntah emosi.
Sabar, asumsiku belum berakhir.
Jika harus begini caraku khuatir gentar.
Hati nan patah,lelah,punah,lemah,lesu,hancur.
Kenalkan semula ku pada terang bersinar.
Delusi akan terhenti, daur sedu usai kelar.
lampu kuning, menyala terang,
harus berhenti, dari seberang,
jangan dipaksi, takutkan hilang,
diculik alienkah? atau jembalang.
kelmarin kan lewat,
malam dibuai kawat,
tajam berduri pekat,
biar sentiasa beringat.
lampu kuning gawat,
datang sekejap sangat.
Sandiwara kini berhasil menjadi manusia lebar.
Kan berjalan perlahan agar sederhana mekar.
Beranjak dewasa roman menjalar sukar.
Terlantar ku tulis dari mati terbiar.
Jangan benci diri akur.
Tetap tulis sekalipon kabur.
biarkan, bukan urusanku,
biarkan, bukan juga urusanmu,
merahnya lama,
hijaunya sedang,
kuning tak sempat.