Saturday, November 9, 2024

TERHENTI

langit menurunkan air mata yang deras jam dua pagi

jatuh berderai menghempas ke muka.

ku endahkan rintik hujan jatuh, ku tetap coretkan sedikit kata.

cuba menilai baik buruk dirinya kala ini.

lama ku fikir, lama juga pendamkan.

Nukilan ku luah menjadi sepi. mendiam diri.

Nukilan demi nukilan di coret tidak sendiri.

Nukilan ini menjadi saksi rasa-rasa iri.


mencari salahku ku sudah jumpa, tapi salahmu apa?

mencari dimana hal-hal yang ingin ku jadi senjata menyerang.

mencari dimana semangat diri untuk terus berlayar, tak bersua.

aku disini hampir gila. aku lihat mu baik baik saja?

ohh lupa ini salahku, gantung tak bertali, ikat pon tak mati.


kau dan aku punya dunia sendiri,

disana kau sembunyi, 

disini aku tutupi.

moga ini akan terhenti.

kalau boleh, jangan berhenti disini.


bercelaru jiwa memikirkan jalan pulang,

satu demi satu ku pendam dihati,

apa yang ku lakukan ini makin pudar di ingatan?

apa kau akan teruskan berdiam diri diri?

apa kau tak takut akan sepi?

kau tahu aku sepi? menangis, amarah gelisah mungkin depressi.

tangisan menjadi saksi pilu melaju di pipi.

ku telan saki baki.


mungkin ini caraku, bercerita sendiri.

kerna kau tak lagi disini, kau juga menangis?

apa aku lalukan makin pudar di ingatan?

apa aku berikan terbuang dilongkang jalanan?

kalau benar, indah sekali caramu itu.

takkan ku peduli lagi sesali. cuma itu kata dibibir,

kalau kata hati sudah terguris, aku masih menanti